Tuesday, August 18, 2015

Menjadi pejuang ASI, terlalu mainstream?

Iya, kalo diliat dari judul di atas, terlalu mainstream nggak sih? Kalo kita cari di mesin google kata-kata di atas, pasti banyak banget deh keluar artikel-artikel seputar pengalaman Ibu-Ibu yang baru melahirkan yang berusaha keras dan berjuang memberikan makanan utama dan tiada duanya untuk buah hatinya. ASI.

Eh bentar, jadi pejuang ASI yang mainstream, atau jadi working mom yang akhirnya menyerah terhadap pemberian susu formula yang mainstream? Aku nggak tau, semoga saja ke-mainstream-an yang pertama yang lebih populer dibanding yang kedua. Aamiin. :')

Okay, back then...

Iya, ASI memang tiada duanya. Nggak tergantikan, dan nggak bisa disejajarkan dengan makanan atau susu apapun di dunia ini untuk bayi baru lahir hingga ia berusia sekurang-kurangnya 6 bulan. ASI adalah makanan sekaligus minuman terbaik bagi bayi-bayi tersebut. Dan karena ASI adalah yang terbaik, maka tak heran jika banyak new mom yang udah banyak belajar dan mencari ilmu parenting saat masa kehamilan begitu ngototnya ingin memberikan ASI eksklusif untuk anaknya. Tentu dengan alasan yang kuat. Ya, karena ASI yang terbaik.

Lalu bagaimana denganku? Tentu aku gak kalah ngotot dan keras kepalanya seperti Ibu-Ibu lainnya. Sekuat tenaga aku pun berusaha untuk memberikan hak anakku sepenuhnya. Memberikannya yang terbaik. Sekuat tenaga. Semampuku. Selama aku bisa. Walaupun saat usia anakku belumlah menginjak 3 bulan, aku harus menunaikan kewajiban dan tugasku sebagai dokter internsip. Tapi walau aku bekerja, tekadku tak surut untuk memberikan ASI ekslusif untuk anakku sampai usianya 6 bulan.

Caranya?

Tentu saja dengan memerah ASIku untuk kusimpan sebagai persediaan saat aku mulai bekerja.

Awalnya kukira mudah. Saat hamil, dalam pikiranku adalah tinggal beli alat pompa listrik, tempelkan ke payudara, duduk tenang dan biarkan mesin bekerja sendiri dan ASI akan memancar dengan derasnya memenuhi botol.
Kenyataannya? Jauh! :")))))

Pemerahan pertamaku hanya menghasilkan tak lebih dari 50ml dari kedua payudara dalam waktu tak kurang dari satu jam. Stress? Ingin menangis? Pasti. Setetes demi setetes kukumpulkan. Hasilnya sangat sedikit. Begitu terus kenyataannya sampai beberapa hari aku memompa ASIku. Ternyata aku bukanlah seorang Ibu yang hiper laktasi. :')

Ngeliat postingan Ibu-Ibu lain yang ASInya bisa sampe satu kulkas penuh, bukannya memotivasi tapi malah sempat bikin aku tambah down. Kenapa dia bisa? Kenapa aku enggak? Udahlah nyerah aja. Capek. Beli breastpump mahal2 seperti nggak ada guna. Lalu aku berpikir untuk nyoba pake breastpump manual, aku kira mungkin akan bekerja. Rupanya hasil yang didapat jauh lebih menyedihkan.

UDAHLAH. AKU MAU SELALU MENYUSUI LANGSUNG AJA. GAK MAU POMPA2 LAGI. TOH AKU SAHM. STAY AT HOME MOM.

Itu kataku. Itu yang ada di pikiranku. Ya, aku pernah berada di titik putus asa dan akhirnya menyerah saja. Sempat kusimpan rapi pompa ASIku kembali ke dalam kotaknya dan berpikir, untuk apa ku stok asiku. Toh aku selalu bersama bayiku. Toh aku berencana melaksanakan program internsip setelah anakku berusia 6 bulan dan lulus ASI eksklusif. Susui langsung saja. Praktis.

Tapi, Allaah berkata lain.

Aku harus menjalani internsip, di usia anakku yang belum genap 3 bulan. Oh Tuhan, bagaimana ini. Setengah bulan lagi dan stok asi di kulkas hanya 3 botol isi 100cc. Bagaimana kukejar ketertinggalan yang banyak. Bagaimana caranya aku sediakan stok yang mencukupi untuk anakku di waktu yang sedikit.

Dengan semangat yang entah datang dari mana, perlahan kubuka kembali breast pump yang telah kusimpan rapi. Kuulang lagi fase awal seperti pertama memompa. Ajaib. Asiku keluar lumayan lancar. Ya Allaah kepercayaan diriku meningkat drastis. 10 menit saja kudapatkan 125cc. Tak pernah sebanyak itu sebelumnya. Ya Allaah tenyata aku bisa. Nggak tahu gimana terharunya aku saat itu. Aku pun yakin bahwa asiku akan cukup untuk memenuhi kebutuhan anakku minimal sampai usianya 6 bulan. Ditambah dengan pengumuman bahwa periode permulaan internsipku diundur setengah bulan lagi. Ya Allaah terima kasih. Aku punya waktu lebih banyak lagi untuk menyetok asiku. Terima kasih ya Allaah, Engkau telah bukakan jalanku untuk mencari pahalaMU, memenuhi hak anakku, mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizinya. Langsung dari badanku. Melalui air yang memang special dan khusus Engkau ciptakan hanya untuk wanita. Air istimewa. :')

Ya, sekarang anakku sudah berusia 5 bulan lebih. 15 hari lagi menuju makan makanan pertamanya.
Ah, aku tak sabar menantikan saat itu tiba. Saat di mana aku ternyata bisa sukses memberikan yang terbaik dan satu2nya untuknya. Di 6 bulan pertamanya. Dan aku masih sangat semangat dan berapi2 dalam memberikan ASI untuk anakku. Hingga saat ini.

Yes, I'm truly madly deeply crazy about breastfeeding. Because I know, breastfeeding is beautiful.
:)