Thursday, December 10, 2015

(Masih) Menjadi Pejuang ASI

Mau sharing dikit yah..

Kadang aku ngerasa capek dan bosan banget jadi ibu bekerja yang masih ngotot memberikan full ASI di samping makanan tambahan kepada anakku tanpa bantuan susu formula.
Capeknya karena harus tetap disiplin pompa supaya suplai ASI tetap terjaga. Harus jaga asupan nutrisi jangan sampai anakku kekurangan gizi, harus jaga stamina jangan sampai kecapekan, dan paling penting harus selalu menjaga mood supaya jangan sampai stress karena itu bakalan ngaruh banget sama produksi ASI.

Bosan? Iya. Karena semuanya harus kulakukan setiap hari. Ya, setiap hari. Setiap hari bekerja, setiap hari wajib pompa. Dengan situasi LDR sama suami jadinya ngurus anak sendiri tapi tetap harus menjaga mood dan stamina. Taulah gimana rasanya. :D
Nggak heran, kalo tiap akhir pekan hasil pumping lebih banyak dari hari biasa. Ya karena mood jauh lebih baik dengan kedatangan suami. Hihi. Ngaruh banget kan?

Dulu, awalnya targetku mencapai ASI eksklusif aja udah syukur banget. Gak muluk-muluk bisa kasih ASI sampe setaun, 2 taun atau lebih. Malah setelah anakku lulus ASI eksklusif dan mulai makan, 1 kotak sufor sudah terbeli buat stok kalau2 ASIP di kulkas habis saat aku lagi bekerja. Ya karena pas anakku 6 bulan stok ASIP emang udah sekarat banget.
.
.
.
Tapi sekotak sufor itu tetap bertengger manis di dalam lemari, belum tersentuh apalagi terbuka sama sekali. Ku tetap ngotot memompa dan memompa setiap hari. Walau hasilnya gak sebanyak saat masih ASI eksklusif.

Lalu, bukan sekali dua kali kepikiran nyerah dan tergoda buat ngebuka sekotak sufor itu, walau ASIP di kulkas masih ada. Kepikirannya, ah anakku sudah lewat masa ASIX, gak papa kali yah kutambah sufor. Tapi kemudian kubaca dan kubaca lagi literatur-literatur ilmiah tentang sufor dibanding ASI. Dan pikirku, nggak! Nggak! Anakku gak akan kukasih sufor selama aku mampu, aku sehat dan aku (insyaa Allaah) bisa memenuhi 70% kebutuhan gizinya di usianya yang menginjak 9 bulan ini.

Kenapa? Karena :
1. Perintah Allaah. Alasan ini jelas yah. Perintah Allaah buat para ibu untuk menyusui bayinya dan menyempurnakannya hingga 2 tahun jika mampu.
2. Lebih sehat. Sungguh. Sungguh aku merasakan benefit dari ASI eksklusif yang dilanjutkan pemberian ASI dan MPASI terhadap kesehatan dan perkembangan anakku. Tentunya diimbangi dengan pola hidup bersih dan sehat, stimulasi motorik dan sensorik serta imunisasi lengkap. Semua dengan izin Allaah, tentu saja.
3. Hemat. Hohoho. Ini udah jelas yah. Mengenai itung2an dan kalkulASInya bisa googling aja. :D
4. Mengurangi resiko kanker payudara. Ini menurut para ahli lho. Maaf tapi ku tidak menyertakan link ilmiahnya. Lupa simpan di mana. Pokoknya waktu kuliah dan koass diajarin seperti itu dan semua konsulen serta supervisor sepakat akan hal ini. :'))))))
5. Ini bonus. Bonusnya ku tetap langsing, berat badan sudah kembali seperti sebelum hamil hanya dengan 3-4 bulan masa menyusui eksklusif kemarin, lalu berat badan tetap stabil malah kadang bisa lebih kurus dari sebelum hamil karena kecapekan meskipun makannya suka-suka dan brutal karena ku lanjut menyusui hingga sekarang. Diet alami cyin. Yah walaupun pipi tetep tembem ya. Itu mah emang udah dari sananya. #YHA

Jadi, kuputuskan untuk tetap menyusui dan menguatkan diri dan hati untuk tetap rajin dan rutin memompa. Walaupun ku bukan tipe ibu yang hiperlaktasi, tapi kutekankan betul-betul dalam kepala kalo ASIku cukup dan akan selalu cukup buat Marsya Miliana. Tiap kali semangat itu kendur, kubuka kulkas dan kupandangi lama-lama stok ASIP yang ada. Dan kuyakinkan diri sendiri, aku bisa lho. Lalu kupandangi wajah Marsya Miliana lekat-lekat dan kuingat-ingat kesehatan dan tumbuh kembangnya sambil berujar, Ibu pasti bisa nak. Sufornya nanti Ibu minum aja. Adek minum ASI aja, hihihi. :')

Semoga sampai satu tahun lanjut dua tahun perjuangan ini. Yuk Ibu-Ibu, semangat ngASI. Semangat relaktASI buat yang ngerasa ASInya terus berkurang atau habis. Kamu pasti bisa. Kita pasti bisa.
...
...
...
Tapi, cinta seorang ibu nggak hanya terukur dari bisa kasih ASI atau nggak kok. Every mom is a supermom in their own way. I'm just sharing what I've been through. Hope it could inspire. :)

Teruntuk Marsya Miliana, if someday you read this writing, you just have to know that Mother loves you more than you know. Ever.
Sehat selalu, nak! ����

No comments:

Post a Comment