Wednesday, December 31, 2014

Catatan pertama di 2015 tentang 2014. :"D

2014?

Apa yang terjadi dalam hidupku selama 2014?
Banyak!

2014 kuawali dengan perasaan sangat berbunga-bunga. Sampai sekarang masih berbunga-bunga dan kuharap selamanya. Yap. 2014 kuawali bersama orang (yang tadinya) asing namun kini ia menjadi seseorang yang selalu aku lihat terakhir kali sebelum terlelap dan pertama kali kulihat saat aku membuka mata di pagi hari.

Menikah di penghujung 2013, membuatku memiliki setumpuk rencana dan pengharapan di 2014. Salah satunya tentang anak. :')))

Aku menyelesaikan pendidikan profesi dokterku di akhir november 2013 dan menikah di desember 2013. Di bulan yang sama juga aku pun diyudisium sebagai seorang dokter karena telah menyelesaikan kepaniteraan klinik senior sebagai syarat yudisium. Namun perjuanganku belum berhenti sampai di situ. Aku harus mengikuti ujian kompetensi untuk bisa dinyatakan berkompeten dan dapat menjalankan tugas layaknya seorang dokter. Rumit, panjang, dan melelahkan. Karena alasan itu, aku dan suami sepakat menunda sebentar untuk memiliki anak. Ya dikarenakan alasan itu tadi. Masih banyak yang harus aku lewati untuk mendapatkan selembar sertifikat kompetensi dan surat tanda registrasi sebagai seorang dokter. :'D

Sebenarnya aku kurang setuju kalau harus menunda kehamilan hanya karena ujian ini. Namun suamiku jauh lebih dewasa dan berpikiran panjang. He knows me better than I understand about my ownself. Dia sungguh mengenalku meskipun kami baru menikah sebulan dan baru kenal selama kurang lebih 2 tahun belakangan ketika itu. Dia tau kalau aku pasti akan sulit berkonsentrasi menghadapi ujian jika aku menjalaninya dalam keadaan berbadan dua. Karena jelas, pikiranku pun pasti terbagi dua antara ujian dan kesehatan kehamilanku. Di samping itu, dia pun khawatir akan kesehatanku dan janinku bila aku terlalu memforsir diri untuk belajar yang bisa berujung stress karena sungguh ujian yang aku hadapi bukanlah sesuatu yang mudah. Dia ingin aku fokus dulu menyelesaikan kewajibanku sebagai seorang dokter baru kemudian kami fokus program hamil. Walaupun aku tahu dalam lubuk hatinya dia juga sangat ingin segera memiliki anak dari pernikahan kami. :')

Luar biasa rencana Allaah, akupun menuruti apa yang suamiku rencanakan dan perintahkan. Banyak kejadian, air mata dan tenaga serta biaya yang tidak sedikit juga pastinya yang harus kami keluarkan ketika aku menjalani ujian ini. Aku juga harus menjalani serangkaian bimbingan dan pelatihan karena aku merasa apa yang kudapatkan selama kuliah dan koass belumlah cukup sebagai bekalku menghadapi ujian ini. Tentunya juga, di akhir itu semua jelas banyak hikmah dan keajaiban yang bisa aku petik. Salah satunya adalah aku dan teman-temanku akhirnya bisa menjalani sumpah dokter dan dilantik sebagai dokter. Rasanya sebagian beban di pundakku terangkat saat mendengar namaku dipanggil ke podium untuk menandatangani berita acara sumpah. Walaupun saat itu statusku masih juga belum lulus ujian kompetensi. Ya, karena ujian yang akan aku hadapi selanjutnya mengharuskan aku sudah sah dilantik sebagai dokter. Namun setidaknya sudah bisa disumpah saja rasanya membuatku tak henti mengucap syukur pada Allaah.

Disumpah dan dilantik dokter pada akhir mei 2014, 5 bulan setelah pernikahan kami. Memasuki bulan ke 6, kami memutuskan menyudahi program KB dan akan segera melaksanakan program kehamilan karena aku sudah tak sabar rasanya ingin segera menimang bayi darah dagingku sendiri. Ujian kedua sudah aku lewati, dan saat itu hasilnya belum keluar. Namun aku pasrahkan pada Yang Maha Kuasa karena Ia pasti punya rencana indahNya yang lain. Aku dan suami mantap dan sepakat untuk tidak lagi menunda kehamilan dan melakukan program agar kami bisa segera memiliki anak.

Kami masih menjalani program yang natural dan alami terlebih dahulu, karena sebelumnya kami memang belum berusaha memiliki momongan. Jadi berusaha sendiri dulu sebelum berkonsultasi atau meminta bantuan dari dokter kandungan. Tidak lupa tentunya usaha itu kami barengi dengan doa. Dan luar biasa memang karuniaNya kepada keluarga kecil kami. Sebulan setelah disumpah dokter, aku dinyatakan positif hamil. Secepat itu Ia kabulkan doa dan keinginanku. Pengharapanku. Pengharapan kami berdua. Tanpa Ia memintaku bersabar. Tanpa Ia memintaku harus menunggu lama. Saat itu awal bulan ramadhan. Tentunya kabar kehamilanku ini merupakan anugerah dan berkah tiada tara untukku dan suami di awal bulan yang penuh ampunan itu. :")

Namun seakan semua belum cukup, Allaah berikan lagi karuniaNya di awal bulan Juli dengan pengumuman ujianku dan aku dinyatakan lulus uji kompetensi. Saat itu rasanya aku tak sanggup berkata apa-apa lagi selain puja dan puji syukur ke hadiratNya atas apa yang telah Ia berikan kepadaku. Dari mulai kelancaran acara sumpah dokter, anugerah kehamilan, hingga lulus ujian. Diberikan anugerah yang bertubi-tubi itu, apa lagi yang dapat aku lakukan sebagai seorang hamba selain mengucap syukur dan juga mohon ampunanNya karena apa yang telah Ia berikan sangat tidak sebanding dengan dosa dan kelalaian yang telah aku buat kepadaNya. :""""))))

Rencana-rencana yang kami berdua atur seakan memang menemui jalannya sendiri-sendiri. Semuanya tiada lain dan tiada bukan karena aku berpasrah diri kepada Allaah dan juga menuruti apa yang suamiku sarankan sebagai salah satu bentuk usaha ketaatanku sebagai hamba dan baktiku sebagai istri.

Salah satu keajaiban yang hingga kini selalu berhasil membuatku menitikkan air mata haru dan bahagia adalah tentang kehamilanku ini. Di mana aku selalu merasa takjub dan hampir-hampir tak percaya ada calon manusia yang tengah berguling manja di dalam rahimku. Namun satu yang sangat aku percaya dan yakini, aku mengandung calon anak yang kuat dan hebat. Bagaimana tidak, saat memutuskan untuk segera ingin hamil itu aku tengah berada dalam kondisi sedikit underpressure. Sedikit. Karena seperti yang kubilang tadi, bebanku seperti terangkat setengah setelah aku disumpah menjadi dokter. Namun tetap saja fisik dan psikisku ikut tertekan karena sebelum ujian aku melakukan perjalanan keluar kota beberapa kali dalam rentang waktu kurang dari dua minggu saja. Namun dua minggu dari situ kemudian aku positif hamil, rasa-rasanya memang tidak ada keyakinan lain selain Allaah memang sedang mengamanahkan aku seorang calon manusia yang kuat, seorang calon manusia yang hebat, insya Allaah.

Setelah ini memang belum selesai perjuanganku sebagai seorang dokter. Seperti yang aku ceritakan di postinganku beberapa waktu yang lalu, aku harus menjalani program internsip selama 1 tahun agar STR sementaraku bisa berubah menjadi STR tetap dan aku bisa menjadi dokter yang mandiri atau membuka praktek sendiri. Bulan oktober 2014 kudapatkan surat yang aku peroleh dengan susah payah itu. Ya, STR kewenangan internsip. Ya, satu keberkahan lagi di 2014. Meskipun aku belum langsung menjalani internsip karena aku mau berkonsentrasi terhadap kehamilan anak pertamaku ini, namun aku bersyukur karena satu persatu urusan akademisku selesai. Dan lagi suami juga ingin seperti itu, aku menjalani kehamilan pertamaku ini dengan penuh ketenangan dan tidak terlalu memforsir tenagaku. :'))

Dengan banyaknya hal yang terjadi di 2014, membuatku menjadikan tahun ini sebagai tahun penuh keajaiban dan hikmah. Sungguh tahun yang penuh kesan. Dan sekarang, aku siap menghadapi tahun yang baru. 2015. Aku siap menjadi seorang ibu, aku menantikan dengan penuh sukacita kelahiran calon anakku, aku siap menjalani tugasku sebagai seorang dokter sekaligus ibu yang baik untuk anakku, aku siap menjalani internsip di sela kesibukanku mengurus anak, aku siap menjadi best working mom for my daughter and better wife for my husband. Insya Allaah.

So, farewell 2014. Thanks for all lessons given to me. I learned a lot. :)
And welcome 2015. Insya Allaah, I am ready.
Bismillaah.

Best regards,

Tassya.

*tulisan pertama di 2015. Ditulis sambil sesekali menitikkan dan mengusap air mata bahagia. Thanks Allaah.
:"))))

1 comment:

  1. good luck for everything in 2015, bey.... semangat jadi ibu, urus baby kecil, baby besar (lah!!), dan interinsipnyaaahh :*

    ReplyDelete